Oleh : Panji Mulkillah
Sebagai warga negara, kita punya
berbagai jumput hak yang dijamin oleh hukum. Tugas negara adalah untuk memenuhi
hak tersebut. Tapi ada kalanya negara tidak memenuhi hak warga negaranya,
karena berbagai sebab. Bahkan negara malah melucuti, merampas hak, sampai
mengekang kebebasan seseorang. Kalau sudah begini, adalah hal yang wajar kalau
kemudian muncul berbagai gerakan sosial maupun individu yang berjuang memenuhi
hak-haknya.
Tetapi tidak semua orang punya kemampuan untuk memperjuangkan haknya sendiri. Bahkan tidak semua orang mengerti akan hak-haknya. Karena tidak semua orang mempelajari hukum, semisal, yang memuat hak-hak warga negara. Tidak semua orang tau bagaimana caranya memperjuangkan hak.
Tapi di sisi lain, ada
orang-orang yang tahu apa saja hak warga negara. Tahu bahwa sedang terjadi
perampasan hak pada masyarakat. Nah, tapi gawatnya, dia tidak melakukan apapun
dengan dalih, “gue belum merasa
tertindas kok”.
Semisal, sedang terjadi masalah
di kampus. Ada kenaikan biaya kuliah yang terjadi pada mahasiswa baru angkatan
2016. Ternyata peraturan yang memuat kenaikan biaya kuliah itu cacat hukum, dan
melanggar beberapa hak mahasiswa 2016. Tapi namanya juga mahasiswa baru, pola
pikirnya masih anak sekolahan. Mereka ikut saja dengan sistem yang ada.
Kalaupun ada yang merasa dilanggar hak-haknya, dia tidak tahu bagaimana caranya
untuk berjuang.
Kalau kita biarkan terus menerus,
tentu kita menjadi orang yang sama jahatnya dengan para pejabat yang melanggar
hak warganya. Kita melanggengkan adanya pelanggaran hak. Kalau kata Edmund
Burke, kejahatan itu terjadi karena orang baik tidak melakukan apapun.
Tapi untungnya masih ada
orang-orang yang peduli. Di dunia ini entah kenapa masih saja ada orang yang
mau menukar waktu luang mereka untuk kerja-kerja advokasi kebijakan,
pengorganisiran, sampai ikut turun ke jalan. Orang macam ini kerap dijuluki
aktivis, anak gerakan, maupun community organizer. Mereka memiliki
pengetahuan yang cukup mumpuni perihal hak-hak warga negara dan bagaimana cara
memperjuangkannya.
Sialnya, orang-orang seperti ini
jumlahnya makin ke sini makin sedikit. Sebabnya macam-macam. Tapi saya hanya
akan mengemukakan satu sebab yang barangkali mulai terlupakan di benak
orang-orang, yaitu motivasi berjuang.
Ada banyak macam motivasi
seseorang ikut dalam perjuangan. Yang paling pokok tentu saja, untuk
memperjuangkan hak dirinya sendiri. Hal demikian adalah tujuan bagi orang yang
sedang dirampas haknya. Sedangkan seorang aktivis, mereka berjuang dengan
alasan bermacam-macam. Ada yang berjuang karena kepedulian, kemanusiaan,
sekedar mencari eksistensi dan sensasi, maupun menjadikan perjuangan sebagai
hobi. Alasan mereka bisa bermacam-macam karena asal muasal mereka pun juga
bermacam-macam.
Untuk mencapai kemenangan, tentu
kita butuh gerakan yang besar. Kalau kita butuh gerakan yang besar, tentu
membutuhkan aktivis dengan jumlah yang banyak dengan beragam kemampuannya.
Semakin banyak aktivisnya, maka makin banyak tenaga untuk mengedukasi tentang
hak, mengorganisir, dan menyebarluaskan isu perjuangan dengan cara yang
beraneka ragam. Singkatnya, makin banyak aktivisnya maka makin banyak yang bisa
tersadar akan haknya dan mau memperjuangkan dirinya sendiri, sehingga gerakan
menjadi semakin besar, kuat, dan mudah mencapai kemenangan. Terjadinya
perubahan sosial pun menjadi mungkin.
Tapi, tapi, dan tapi. Tidak semua
orang punya rasa kemanusiaan dan kepedulian untuk tergerak ikut dalam
perjuangan. Tidak semua orang ingin mencari eksistensi dan sensasi dengan cara
ikut gerakan. Juga tidak semua orang hobinya demonstrasi ataupun turun langsung
ke basis massa. Barangkali pernah seseorang dari kita ikut aksi massa, lalu
keesokan harinya ketika bertemu teman-teman di kelas, kita malah dijauhi,
disoraki, bahkan disindir oleh dosen. Belum lagi jika orangtua kita tahu, maka
kita akan dinasehati berjam-jam. Bahkan sampai-sampai kita dijauhi gebetan. Akhirnya
kita merasa enggan untuk ikut gerakan lagi, enggan untuk aksi massa lagi. Ini
bukan salah mereka yang menjauhi kita. Ini hanya karena mereka belum menyadari
pentingnya terlibat dalam perjuangan.
Rela berkorban, rasa kemanusiaan,
kepedulian,memang diperlukan, tapi bagaimanapun, seseorang butuh sesuatu bagi
dirinya sendiri. Setiap orang butuh mendapatkan manfaat dari suatu aktivitas.
Inilah barangkali yang tidak diperoleh atau disadari banyak orang, sehingga
enggan untuk ikut dalam gerakan. Tapi apa sih sebenarnya yang kita dapat dari
ikut sebuah gerakan? Pada dasarnya, manfaatnya adalah untuk melatih atau
menempa kapasitas diri kita sendiri.
Barangkali kita saat ini belum
merasakan bagaimana rasanya dikekang haknya, belum paham rasanya ditindas. Tapi
bisa jadi ketika suatu saat nanti kita merasakannya. Ketika bekerja di
perusahaan, lalu si bos bertindak semena-mena. Ataupun ketika pulang ke desa,
ternyata tanah kita terancam perampasan oleh perusahaan besar. Atau juga ketika
sudah punya anak, ternyata biaya pendidikan makin melambung tinggi. Kalau
semasa muda, kita tidak pernah melatih diri kita dalam perjuangan, maka kita
akan kalah. Hak kita akan terus dilanggar, dan tidak ada kesempatan melawan.
Hanya bisa pasrah, jatuh miskin, sakit, dan kemudian mati terlupakan.
Beda jadinya kalau semasa muda
sudah terlatih ikut berbagai gerakan dan terlibat dalam perjuangan. Sudah tidak
ada kecanggungan lagi dalam menganalisis masalah, menentukan pihak-pihak, dan
menetapkan langkah ke depan. Tidak ada ketakutan untuk menghadapi kebijakan-kebijakan
dan perlakuan negara yang melanggar hak-hak kita. Kalau sudah terlatih, maka
kita menjadi berani untuk berkata lantang tentang hak kita kepada siapapun,
bahkan kepada atasan kita, maupun pejabat negara.Karena kita tahu cara
mengatasinya, tahu siapa yang bisa membantu kita, dan tahu siapa yang kita
lawan.
Kalau sudah begini, tentunya
setiap orang memiliki potensi yang sama untuk ikut gerakan, untuk terlibat
dalam perjuangan. Gerakan pun tidak lagi diisi oleh orang-orang yang itu lagi
itu lagi. Makin banyak yang terlibat, makin beragam pula kontribusinya. Bahkan
makin variatif pula isu yang bisa dikembangkan. Pada akhirnya setiap orang
dapat saling mendukung dan bersolidaritas memperjuangkan haknya, dan tentu saja
membangun adanya perubahan sosial. Jadi, siapkah kamu untuk berjuang?
(Materi ini disampaikan pada Upgrading BEM Unsoed Kabinet
Melesat 2016 di Desa Windujaya)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar