Selasa, 20 Oktober 2015

Resensi If a Tree Falls : A Story of Earth Liberation Front



(Tulisan ini pernah diposting di web LPM Pro Justitia, ditulis kembali dengan beberapa perubahan)

If a Tree Falls : A Story of Earth Liberation Front. Film dokumenter ini merupakan karya Marshall Curry dan Sam Cullman, yang dibuat pada tahun 2011, dan memenangkan 5 penghargaan, yang salah satunya Academy Awards pada tahun 2012. Film yang diproduksi oleh Films Transit ini, merupakan potret realitas kerusakan lingkungan di Amerika. Imperialisme, globalisasi, kapitalisme global, atau apapun itu namanya, telah membangkitkan kesadaran kaum environmentalis atau pecinta lingkungan, bahwa korporasi tidak akan berhenti mengeruk dan merusak planet, kecuali jika ada yang menghentikannya.

Film ini menceritakan tentang seseorang bernama Daniel McGowan, bersama teman-temannya yang tergabung dalam bernama Earth Liberation Front atau ELF. Daniel sendiri dijadikan terdakwa atas kejahatannya, yang oleh media disebut dengan eco-terrorism. Ia menghancurkan gedung produksi kayu dan laboratorium pendukung perusakan hutan.

Tadinya, kelompok ini bernama Earth First, sebuah kelompok anarkis-ekologis dengan metode perjuangan non-violent protest (protes damai). Dalam film ini, aksi Earth First ditayangkan dalam protesnya atas penebangan hutan di daerah Warner Creek. Selama berbulan-bulan Earth Fist memblokade jalan dan mendirikan tenda-tenda, bahkan membangun barikade untuk menghalau mesin-mesin berat. Namun setelah perlawanan mereka menghalau mesin-mesin berat yang hendak mengeruk dan merusak hutan gagal, mereka mengubah metode mereka. Mulailah mereka melakukan apa yang disebut dengan eco-sabotage.

Pada dasarnya eco-sabotage adalah sama halnya dengan property damage (perusakan barang) pada umumnya. Eco-sabotage adalah sabotase atas alat produksi milik korporasi maupun pemerintah yang melakukan perusakan alam. Bagi kaum anarkis, tindakan ini bukanlah sebuah kekerasan atau violence karena tidak ada satu orangpun yang terluka. Tindakan ini digunakan untuk menghentikan, atau setidak-tidaknya menghambat sirkuit ekonomi dari sistem kapitalisme. Dalam film ini, dikisahkan juga ada beberapa istilah yang digunakan dalam medan pertempuran environmentalis, seperti misalnya monkeywrenching, yang merupakan tindakan sabotase terhadap alat berat melalui perkakas sederhana secara diam-diam.

ELF percaya bahwa tindakan yang mereka lakukan tidaklah radikal. Bill Barton, seorang dari Native Forest Council, melihat bahwa yang dilakukan para anak muda itu hanyalah bagaimana menyelamatkan 5% lingkungan yang tersisa. Industri cenderung menyebut kelompok pecinta lingkungan sebagai radikal. Bill Barton mengatakan :

“Kenyataannya ialah bahwa 95% dari hutan-hutan yang tersisa di Amerika telah ditebangi. Bukanlah tindakan radikal, untuk menyelamatkan 5% yang masih tersisa. Yang radikal adalah yang menebangi 95% hutan. Inilah tindakan radikal.”
Daniel sendiri terlibat dalam dunia environmentalisme akibat dari sentuhan pertamanya dari sebuah tempat bernama Wetlands, atau lengkapnya ialah Wetlands Environmental Center. Pada dasarnya itu hanyalah sebuah bar, yang rutin mengadakan pertunjukkan. Namun keuntungan dari Wetlands ditujukan untuk menjalankan pusat kegiatan lingkungan. Dari situlah Daniel mengikuti pertemuan-pertemuan, dan juga penayangan film-film, bagaimana lingkungan bernama bumi dikeruk dan dirusak.

“Saya tak pernah melihat sendiri sebelumnya, seperti apa dunia yang kita tinggali ini. Saya merasa dalam suasana berkabung, dan sejak momen itu, saya tak tahu, saya seperti menjadi buta, seperti ‘holy crap, what the hell were we doing?’.” kenang Daniel saat masa-masa awal di Wetlands.

Dalam film ini juga ada suatu kisah, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa 1 Juli. Ada suatu tempat di Eugene, dimana terdapat 40 pohon yang sudah hidup lama sekali, pohon warisan. Di sisi lain, ada suatu perusahaan bernama Symantec, yang berniat mendirikan tempat parkir baru. Mereka membutuhkan bahan baku, dan akan memotong pohon dari situ. Namun begitu para aktivis berencana memobilisasi untuk menolak tindakan tersebut, Dewan Kota segera menyetujui penebangan pohon tersebut, sehari sebelum penebangan. Pada minggu pagi, pukul 2:30, para aktivis yang hanya berjumlah 11 mulai bersiap. Mereka mamanjat pohon-pohon itu dan berusaha melindunginya.

Pemerintah setempat menanggapinya dengan masker, pentungan, dan gas. Mereka membawa semprotan merica, merobek celana para aktivis, lalu menyemprotkannya ke bokong, kaki, dan selangkangan mereka. Jim Flynn, former editor Jurnal Earth First, yang juga salah satu aktivis yang menjadi sasaran aparat ini, merasakan betul kurang lebih 15 kaleng merica disemprotkan ke dirinya. Hal ini sontak menjadi perhatian warga sekitar. Mereka tidak terima dengan tindakan aparat. Mereka berupaya mendobrak pagar yang dijaga aparat, menekan agar tindakan tersebut dihentikan. Aparat menjawab hal tersebut dengan semprotan gas, yang diarahkan ke muka warga. Pohon tersebut akhirnya berhasil tumbang setelah 7 jam Flynn berada di atas sana. Ia lalu dimandikan, dan dibawa ke kantor polisi.

Di film ini juga ditayangkan keterlibatan Daniel dalam peristiwa Battle in Seattle. Itu adalah peristiwa bagaimana kekuatan massa berjumlah kurang lebih 10 ribu orang, mengepung kota Seattle yang menjadi kota tuan rumah Pertemuan World Trade Organization (WTO) pada tahun 1999. Mayoritas massa merupakan massa non-violence protester, yang memprotes secara damai. Meski begitu, aparat setempat tetap tidak tinggal diam meski hanya bersifat damai. Mereka memukul mundur massa dengan pentungan dan gas.

Daniel bergabung dengan sebagian kelompok kecil dari 10 ribu orang tadi, yang mengenakan pakaian serba hitam, yang kita kenal dengan black bloc. Mereka adalah kaum anarkis yang tidak percaya bahwa negara dan korporasi akan tunduk pada dansa di pinggir jalan, dan penyu raksasa, sebagaimana bentuk protes damai yang dilakukan orang-orang. Mereka percaya bahwa bagi negara dan korporasi yang hanya berpikir tentang kapital, adalah penting untuk membekuk pundi-pundi mereka, yakni melalui property damage. Kemudian mereka inilah, kaum yang melakukan perusakan atas toko-toko kapitalis itu, memecahkan jendela-jendela mereka, dan mencoret-coret tembok mereka. Empat hari pertempuran di Seattle ini adalah aksi pertama kali yang dapat menggagalkan pertemuan WTO sepanjang sejarah.

If a Tree Falls, adalah sebuah kisah bagaimana ternyata, sebuah aksi-aksi damai dan legal bukanlah metode yang tepat, untuk menghentikan serbuan korporasi untuk mengeruk dan merusak alam. Daniel dan kawan-kawannya telah membuktikannya. Bahwa hanya kekalahan dan rasa penyesalanlah yang akan menimpa seseorang, yang percaya pada aksi damai dan legal. Namun yang terpenting paska melakukan property damage, ialah mengemukakan alasan dibalik tindakan itu kepada publik. Sambil terus menerus menyebarkan pesan, untuk mengajak publik menyelamatkan planet mereka dari bencana yang ditimbulkan korporasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda Pengunjung ke