Jumat, 26 Mei 2017

Sisi Lain Trotsky dan Trotskyisme



Judul          : Trotskyisme? Sosialisme di Satu Negeri atau Revolusi Permanen?
Penulis        : Tatiana Lukman
Penerbit        : Pustaka Sempu, Yogyakarta
Tahun         : 2017
Tebal buku     : 338 halaman
Ukuran kertas  : 17 x 24 cm
Jenis kertas    : Bookpaper 70gsm

Selama ini, kita mengenal Uni Soviet sebagai negara totaliter yang diperintah oleh Stalin sang diktator. Kita mengenal pula bahwa Trotskyisme dan Trotsky itu sendiri sebagai momok yang menjadi sasaran tindasan Stalin. Buktinya jelas, kepala Trotsky dibacok dengan kapak es oleh agen Stalinis. Dimana kita melihat sebagai birokrat despotik, disitu kita memandang Trotsky sebagai marxis sejati. Alan Woods bahkan sampai berkata, “hanya Leon Trotsky yang diakui secara universal sebagai orang kedua setelah Lenin dalam kepemimpinan Partai. Kenyataannya, massa-rakyat (dan juga musuh-musuh Revolusi) biasa merujuk Partai Bolshevik sebagai Partai Lenin-Trotsky.”[1]

Barangkali tulisan ini memiliki tendensi Stalinis, dan cenderung bersikap anti Trotskyisme. Itu tentu tak terhindarkan . Tatiana Lukman adalah anak dari M.H. Lukman (1920-1965), salah seorang pimpinan Central Comitee Partai Komunis Indonesia dan Wakil Ketua DPR Gotong Royong di era Sukarno. Ayahnya adalah termasuk menjadi korban tindasan teror putih Orde Baru, bersama dengan ratusan ribu korban 65 lainnya. Pada buku sebelumnya, Alternatif (2013), Tatiana dengan jelas memposisikan diri sebagai seorang Marxis-Leninis dan Maois, dan pengagum Stalin.

Tapi terlepas dari posisi Tatiana, saat ini harus diakui bahwa kaum Kiri Indonesia terbiasa mengenal keburukan-keburukan dan kritikan-kritikan atas Stalin. Dibanding karya-karya Trotsky, karya-karya Stalin yang dipublikasikan dalam bahasa Indonesia hari ini semengerti saya baru ada dua. Pertama, Dasar-Dasar Leninisme. Kedua, Marxisme dan Masalah Nasional. Itupun tidak dibukukan oleh penerbit-penerbit progresif semacam Resist Book atau Margin Kiri. Keduanya hanya tersebar di internet dalam bentuk file Word dan PDF. Tidak banyak pula yang mengulas buku itu. Di Indonesia hari ini, Stalin tidak berkesempatan untuk mengklarifikasi atas tuduhan-tuduhan yang ditujukan padanya. Bagi kaum yang terliterasi oleh referensi-referensi gerakan Kiri, buku ini adalah semacam penyeimbang.
    
     Tatiana berusaha menunjukkan bahwa citra Trotsky seperti apa yang digambarkan oleh banyak sejarawan mengandung sisi berat sebelah. Semisal pada Revolusi Rusia 1917, Trotsky mengecilkan peranan kolektif partainya sendiri :
“Ketika Revolusi Rusia pecah bulan Februari 1917, tak satupun dari pimpinan Bolshevik yang ada di Rusia berniat untuk menegakkan kediktatoran proletariat dan melancarkan revolusi sosial yang merupakan objek langsung dari kebijakan Lenin. Sebuah konferensi partai yang diselenggarakan menjelang kedatangan Lenin, tak satupun diantara tiga puluh anggota Bolshevik yang membayangkan sesuatu yang lebih jauh dari demokrasi. Tidak heran notulen dari konferensi itu masih dirahasiakan! Stalin mendukung Pemerintahan Sementara Guchkov dan Miliukof, dan penggabungan Bolshevik dengan Menshevik, (...) Pravda di Petrograd, yang disunting oleh Stalin dan Kemenev sampai kedatangan Lenin, akan selalu tetap menjadi dokumen pemahaman yang terbatas, kebutaan, dan oportunisme. Namun massa anggota partai, seperti kelas buruh secara keseluruhan, bergerak spontan ke arah perebutan kekuasaan.”

Dari pernyataan di atas, Alan Woods dan Ted Grant dalam Lenin and Trotsky What They Really Stood For menulis :

“Mereka membuat kesalahan, yang, seandainya Lenin dan Trotsky tidak turun tangan, akan membawa kehancuran. Tanpa kepemimpinan Lenin dan Trotsky, Revolusi Rusia tidak akan terjadi tahun 1917.”

Tatiana meragukan pernyataan di atas. Pada Revolusi 1917, Komite Sentral Bolshevik melakukan rapat pada tanggal 10 Oktober yang dihadiri Lenin, Zinoviev, Kamenev, stalin, Trotsky, Sverdlov, Uritzky, Dzerzhinsku, Kollontai, Bubnov, Sokolnikov dan Lomov. Agenda rapat tersebut adalah penyikapan atas usulan Lenin tentang pemberontakan. Pemungutan suara diadakan, 10 menyatakan setuju pemberontakan, dan 2 orang menolak, yaitu Zinoviev dan Kamenev. Hasil dari keputusan itu membuahkan sebuah badan untuk memimpin sebuah pemberontakan secara politik, bernama Biro Politik atau Politbiro. Adapun Politbiro beranggotakan Lenin, Zinoviev, Stalin, Kemenev, Trotsky, Sokolnikov, dan Bubnov. Kemudian pada rapat Komite Sentral pada 16 Oktober diadakan pembahasan tentang pemberontakan bersama wakil-wakil dari komite Petrograd, organisasi militer, komite-komite pabrik, serikat buruh, dan buruh kereta api. Hadir dalam rapat ini ialah Krylenko, Shotman, Kalinin, Volodarsky, Shylapnikov, Lacis, dan lain-lain berjumlah 25 orang. Dari rapat ini dibentuk sebuah badan untuk memimpin pelaksanaan pemberontakan (dari segi organisasional, masalah strategi, taktik, dan operasional). Badan itu beranggotakan 5 orang : Sverdlov, Stalin, Dzerzhinsky, Bubnov, dan Uritsky. Stalin dan Bubnov merangkap tanggungjawab di badan ini sekaligus di Politbiro. Justru Trotsky tidak terlibad di badan ini. Dari sini terang bahwa kepemimpinan politik dari pemberontakan tidak bergantung dari Lenin dan Trotksy. Ini adalah keputusan kolektif yang dibahas bersama massa buruh, bukan keputusan satu-dua orang.

Di kalangan luas, Trotsky juga dikenal sebagai Komisar Militer pada periode Perang Sipil. Tapi orang-orang juga tahu bahwa Trotsky bukanlah seorang militer. Trotsky dikenal bertugas memimpin Tentara Merah melawan agresi Tentara Putih dari aliansi negara-negara imperialis. Tapi wewenang Trotsky bukanlah mengambil keputusan atas suatu tindakan dalam peperangan. Setiap keputusan dalam peperangan diterbitkan oleh Komite Sentral. Trotsky bertugas sebagai Kepala Propaganda Tentara Merah. Trotsky mondar-mandir ke front, mengeluarkan perintah singkat dan tegas yang dapat dikutip sebagai contoh dari gaya militer; ia pergi ke parit perlindungan untuk bicara dengan prajurit Tentara Merah; ia membuat pidato-pidato yang hebat, tapi dia tidak pernah memimpin perang sipil.

Selama periode Perang Sipil, seluruh distribusi atas hasil produksi dipusatkan oleh negara untuk diprioritaskan keperluan perang. Kebijakan ekonomi demikian itu dikenal dengan nama Kebijakan Ekonomi Perang Komunisme. Setelah Perang Sipil berakhir, keadaan ekonomi Soviet memburuk. Kelangkaan barang, kelaparan, kekurangan permesinan, dan sebagainya mendorong Komite Sentral Partai Bolshevik menerbitkan kebijakan ekonomi baru bernama New Economic Policy (NEP). Jika pada kebijakan sebelumnya sirkuit ekonomi dipusatkan untuk perang, pada periode ini massa buruh dibebaskan untuk mengembangkan inisiatif dan kreatifitas untuk melakukan kegiatan produksi. Agar kebebasan ini bisa dimanfaatkan dengan optimal oleh klas buruh, maka peranan Serikat Buruh pun harus ditingkatkan. Pada akhir 1920, jumlah Serikat Buruh di Rusia beranggotakan 6,9 juta orang.

Pada November 1920, Komite Sentral memutuskan untuk melawan sentralisme dan bentuk kerja militer yang sudah merosot menjadi birokratisme. Keputusan ini didukung dan dilaksanakan oleh Konferensi Kelima Serikat Buruh Seluruh Rusia. Salah satu yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan keputusan ini ialah pada Komite Pusat Buruh Transportasi (Tsektran) yang dipimpin Trotsky. Tsektran masih menerapkan mekanisme kerja lama yang semi-birokratik dan semi-militer. Trotsky ternyata menentang kebijakan NEP melalui tulisanya The Role and Tasks of the Trade Unions.

Trotsky beranggapan bahwa seharusnya Serikat Buruh diserahkan pada kontrol negara. Serikat Buruh harus menjadi bagian dari kesatuan administratif yang menjalankan fungsi negara. Capaian atas mobilisasi buruh yang berhasil dihimpun dalam Tentara Merah, menjadi inspirasi Trotsky untuk memiliterisasi industri. Pada Konferensi Kelima Serikat Buruh Seluruh Rusia, Trotsky menuntut untuk ‘mengencangkan sekrup’, membangun rejim militer dalam Serikat Buruh dan ‘menggoncang’ kader-kader pimpinan Serikat Buruh melalui metode administratif. Sidang pleno Komite Sentral 8 dan 9 November 1920 menolak usul Trotsky.

Meski usul Trotsky ditolak, ide-ide Trotsky terus didengungkan dalam pamfletnya The Role and Tasks of Trade Union. Menanggapi usulan-usulan Trotsky, Lenin berkata :

“Bayangkan saja, setelah Komite sentral melaksanakan dua rapat pleno (9 November dan 7 Desember) untuk mendiskusikan draf tesis orisinil dan seluruh politik serikat butuh dari kawan Trotsky, yang dia ajukan kepada Partai, dan sebuah diskusi yang rumit, panjang dan sengit yang sebelumnya belum pernah terjadi, seorang anggota Komite Sentral, satu dari 19 anggota, membentuk sebuah grup di luar Komite Sentral dan mengajukan ‘pekerjaan kolektifnya’ sebagai sebuah ‘landasan’ atau ‘platform’, dan mengungdang Kongres Partai untuk memilih antara dua aliran!”

Argumen yang mendasari peningkatan peranan Serikat Buruh dalam NEP mengacu pada pendapat Lenin, bahwa Serikat Buruh adalah sekolahnya klas buruh : sekolah administrasi, manajemen ekonomi, dan sekolah komunis. Tiadanya guru dan murid di sekolah itu, merupakan keistimewaan Serikat Buruh. Kelas buruh membutuhkan Serikat Buruh untuk melindunginya dari birokrasi negara. Tentara dididik melalui ‘disiplin’ dan ‘hukuman’, sedangkan buruh dididik melalui ‘persuasi’.

Di buku ini masih banyak lagi kisah-kisah tentang Trotsky, dan betapa sebenarnya dia tidak seheroik yang digambarkan selama ini. Juga tentang pertentangannya dengan Lenin dan Stalin, mengenai Sosialisme di Satu Negeri vs Sosialisme Sedunia, Revolusi Dua Tahap vs Revolusi Permanen, Trotsky sebagai kolaborator fasis Jerman dan Jepang, dan sebagainya. Di buku ini juga dikisahkan tentang fakta-fakta tentang ‘kekejaman’ dan ‘kultus individu’ yang sering ditimpakan pada Stalin. Buku ini tersusun atas delapan bab :

BAB I. Trotsky dan Trotskyisme
BAB II. Revolusi Permanen
BAB III. Trotskyisme
BAB IV. Stalin dan Sosialisme di Soviet Unie
BAB V. Pengadilan Moskow 1936-1937-1938
BAB VI. Pidato Rahasia Krushchov pada Kongres XX PKUS, 1956
BAB VII. Rehabilitasi Tokoh-Tokoh yang Dihukum
BAB VIII. Kesimpulan

Bagi pembaca yang masih awam dengan Lenin, Trotsky, maupun Stalin, disarankan untuk membaca terlebih dahulu berbagai literatur sejarah tentang revolusi Rusia, maupun biografi tentang Lenin, Trotsky, dan Stalin.


[1] http://www.militanindonesia.org/teori/sejarah/8093-alan-woods-revolusi-rusia-i.html

Anda Pengunjung ke