Senin, 03 September 2012

MANIFESTO SERIKAT DIVISI PERLENGKAPAN

Panji Mulkillah Ahmad & Luthfi Kalbuadi, S.Atp.


        Ada hantu berkeliaran di kampus merah, hantu emansipasi. Adalah sebuah keharusan dimana divisi perlengkapan dalam suatu panitia memperoleh kedaulatan dan kesejahteraan. Sudah cukup stigma dan perlakuan buruk terhadap divisi perlengkapan. Divisi perlengkapan bukan budak, pembantu, pesuruh, dan hal-hal yang merendahkan martabat divisi perlengkapan lainnya. Adakah yang dapat memungkiri bahwa divisi perlengkapan ialah unsur sentral dalam kepanitiaan? Adakah yang dapat menyangkal bahwa alat produksi hanya lihai diolah dengan tangan dan otak divisi perkap yang mumpuni?
Tiga hal yang perlu dicamkan dalam manifesto ini :
        Divisi perkap sudah diakui keurgenannya dalam tiap penyelenggaraan kegiatan mahasiswa
        Sudah tiba saatnya divisi perkap sedunia berdaulat dan sejahtera, bebas dari penindasan dan memperjuangkan emansipasi kerja dengan berserikat.
        Sudah saatnya pola pikir lama masyarakat civitas akademika berubah menjadi modern, humanis, emansipatoris, menuju kedaulatan dan kesejahteraan divisi perkap.
        
         Untuk maksud ini, kaum perkap dari sudut lorong kampus berencana menyebarluaskan manifesto ini ke tiap-tiap pemikiran insan civitas akademika ke seluruh dunia.

Sebuah Pertentangan Kelas : Konseptor Melawan Teknisi

        Sejarah masyarakat, hingga sampai sekarang ini ialah sejarah pertentangan kelas[1]. Kelas perempuan melawan laki-laki, agamawan melawan kafir, borjuis melawan proletar, westernis melawan kearifan lokal, otonomi melawan sentralisasi, singkatnya : antara penindas dengan tertindas senantiasa melawan tiada henti. Melakukan perjuangan yang tiada putus-putusnya, entah itu terang-terangan maupun gerilya, hingga pada finalnya menuai kemenangan maupun penindasan kembali.
        Kelas konseptor melawan teknisi dalam hal kepanitiaan merupakan pertentangan kelas sebagai contoh kecil yang sangat sederhana di kehidupan, disamping pertentangan kelas-kelas yang lain. Akan tetapi yang seperti ini sudah seperti menjadi budaya dalam masyarakat kampus, terutama aktivis bahwasanya teknisi ialah selalu dibawah konseptor. Kelas konseptor dengan kecendikiawanannya berkilah dengan teori dan logika berpikirnya mengolah suatu konsep kegiatan. Kelas teknisi dengan stigma yang telah dicap oleh sebagian masyarakat – terutama oleh konseptor – sebagai golongan pembantu/budak menjadikan sistem penundukkan sedemikian rupa untuk patuh pada kelas penindas, yakni konseptor.
        Dengan luar biasa evolusinya, stigma ini menjadi budaya dalam civitas akademika. Ditempatkanlah jua orang-orang yang kurang pandai dalam kelas teknisi, sementara yang pandai dan lihai berteori bernaung dalam kelas konseptor. Adakah yang salah dengan pembagian kelas? Tidak, selama dengan dalih efisiensi kerja, tercapainya kegiatan, dan meminimalisir dinamika.
        Namun adalah suatu kebodohan luar biasa besar pula bila memahami suatu kegiatan mahasiswa sebagai kegiatan an sich. Yang berlainan dengan kegiatan pada umumnya, ialah bahwa kegiatan mahasiswa bukan bertujuan pada kegiatan itu sendiri, namun juga bertujuan pada pengembangan karakter dan kemampuan mahasiswa yang tergabung dalam kepanitiaan.
        Sistem efisiensi pembagian kerja tidaklah cocok digunakan dalam suatu kegiatan mahasiswa, yang notabene mahasiswa masih dalam tahap pembelajaran. Sistem yang demikian melahirkan pertentangan kelas berupa penindasan antara kelas konseptor dengan kelas teknisi. Seharusnya sistem kerja dalam kepanitiaan lebih mengedepankan azas kekeluargaan, gotong royong, humanisme, dan pencapaian pengembangan diri yang emansipatoris. Dan pada bahasa berikutnya akan dijelaskan bagaimana upaya revolusioner serikat divisi perkap dalam memperjuangkan emansipasi kerja.
Upaya Revolusioner Serikat Divisi Perkap

        Dalam hal pekerja pada umumnya dalam suatu perusahaan, karena kedudukannya yang bergantung oleh majikan, maka mereka mudah sekali untuk ditindas. Ketika pekerja individu bertentangan dengan majikan, maka yang dimenangkan pastilah majikan. Karena majikan memiliki modal produksi, alat produksi, dan hubungan produksi, sedangkan pekerja hanya memiliki dirinya sendiri sebagai posisi tawar. Majikan sudah tentu lihai dalam hal ini, bisa saja mengancam untuk memecat atau memotong gaji para pekerjanya. Sementara pekerja yang sendirian tentu akan kalah, dan mengikuti kehendak majikan.
        Digunakanlah upaya yang revolusioner dalam mensejajarkan kedudukan pekerja dengan majikan, yaitu serikat pekerja. Para pekerja bersatu melalui serikat pekerja, menciptakan sistem organisasi modern, mendidik mental dan kemampuan pekerja melalui pendidikan yang revolusioner, dan akhirnya berani vis-a-vis dengan majikan untuk menuntut hak-hak pekerja yang dirampas. Serikat pekerja dapat mengancam untuk mogok kerja dan turun aksi ke jalan bilamana tuntutan hak tersebut tidak dihormati majikan.
         Begitupulalah konsep yang diterapkan dalam serikat divisi perkap. Mengapa hanya divisi perkap? Karena fakta di lapangan menyatakan bahwa mahasiswa masih menganggap bahwa divisi perkap tidak lebih dari divisi pembantu. Stigma itu dinyatakan oleh mereka-mereka diluar perkap dan itu diresapi secara hegemonik oleh orang-orang yang bekerja dalam divisi perkap. Maka cukup sering ditemui, jarang sekali ada orang yang berkenan masuk divisi perkap, apalagi atas prakarsa sendiri.
        Disinilah saatnya diperlukan upaya revolusioner dalam diri para divisi perkap, yaitu dengan cara berserikat. Serikat divisi perkap akan menjadi divisi yang tak kalah pentinya dengan divisi-divisi lain dalam kepanitiaan. Serikat divisi perkap akan diberi pendidikan sistem kerja, penanaman nilai-nilai emansipasi kerja, keberanian untuk menuntut hak-hak divisi perkap, menuju divisi perkap yang berdaulat dan sejahtera. Divisi perkap bangkit melawan penindasan kerja dan intelektual.
        Divisi perkap akan memberi pencerahan kepada masyarakat bahwa divisi perkap merupakan divisi yang penting, karena kelihaiannya dalam mengolah alat produksi. Adakah yang dapat membayangkan bila dalam suatu kepanitiaan terdapat kekurangan dalam tubuh divisi perkap? Baik secara kualitas maupun kuantitas? Maka dapat dipastikan kepanitiaan tersebut akan kacau. Divisi perkap tidak hanya teknisi semata, namun mereka ialah divisi yang harus memahami konsep dan mengimplementasikannya. Mereka mengangkat hal dari pemikiran ke ranah praksis, melalui penguasaan alat produksi.
         Lalu kaum divisi perkap yang telah sadar berserikat itu akan membantu menyemai benih-benih perjuangan perihal pemahaman emansipasi kerj a ke seluruh dunia, terutama sekali kepada orang-orang yang bergerak dalam divisi perkap di suatu kepanitiaan. Kaum serikat divisi perkap akan tiada gentar dalam menuntut hak-haknya dan perjuangan emansipasi kerjanya serta menyebarluaskan pemikiran ini ke semua orang. Dengan terang-terangan, pemikiran ini akan sampai pada kepala-kepala kaum yang telah terstigma ajaran lama bahwa perkap ialah tidak lebih dari pembantu, hingga gentar mereka semuanya dan mulai memahami akan esensi emansipasi kerja. Paham emansipasi kerja serikat divisi perkap akan menguasai dunia.


Divisi Perkap Sedunia, Bersatulah !






[1] Diambil dari kalimat pertama Bab I Manifesto Partai Komunis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, 1848


Anda Pengunjung ke